Author :
Humas

Published :
Thursday, 17 July 2025

Tag :
Santri
Asatidz/Asatidzah

Berita Lainnya :

KULIAH UMUM BABAK II, RAHASIA PONDOK TETAP BERJALAN SEMUA KELUARGA BESAR PONDOK WAJIB MENGIKUTI PEKAN PERKENALAN.


NGATABARU-Rabu 16 April 2025 Pagi, lanjutan kuliah umum babak II diawali dengan pembacaan Ayat suci Al-Qur’an dilanjutkan dengan hymne Oh Pondokku dan lagu Indonesia raya serta pengabsenan tiap kelas.

Al-Ustadz Teguh Mubarak Arif Siraj, S,Fil,I., M.Pd mewakili pimpinan pondok melanjutkan pembacaan buku diktat pekan perkenalan, pada pembukaan kuliah umum babak II beliau menyampaikan kenikmatan kita dapatkan di pondok ini tidak bisa didapatkan di pondok-pondok lain, kemudian ucapan kesyukuran PPM Al-Istiqamah masuk satuan Pendidikan muadalah (SPM), kesyukuran atas berdirinya pondok cabang dan kesyukuran atas berdirinya perguruan tinggi. Pondok memiliki jiwa kemandirian bukan sekadar semboyan dan tulisan namun sudah dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari seperti pondok yang membuat, menyusun kurikulumnya sendiri, melaksanakan, mengevaluasi serta memperbaikinya.

Aktivitas santri 24 jam di Pondok berbeda dengan anak diluar pondok walaupun sama 24 jam, oleh karenanya santri PPM Al-Istiqamah jangan menyesal masuk pondok, jangan berkecil hati masuk pondok harusnya bangga karena banyak Pelajaran yang didapatkan di pondok tidak dapat dipelajari diluar pondok.

Lanjutan kuliah umum babak II memasuki judul cara hidup di pondok modern dan adat sopan santun atau etiket, menjelaskan tentang jadwal harian, jadwal mingguan, jadwal bulanan dan jadwal Tengah tahunan, harapannya santri dapat mengikuti jadwal di Pondok Modern dengan sebaik-baiknya. Kemudian dilanjutkan judul tentang pakaian dan kseopanan, kesadaran berorganisasi (umat islam dapat dikatakan kalah perjuannya, kalah organisainya, barang yang bathil akan dapat mengalahkan yang haq dengan organisasi yang baik), dan ditutup dengan perpeloncoan, mempermuda atau meremajakan jiwa dan pikiran dengan kata lain kembali muda untuk kepentingan Pendidikan, sanggup diisi merasa kurang, sanggup dibentuk minta dipimpin dan minta dikoreksi, mau diperingatkan bahkan minta dikoreksi dan diperingatkan, NEVER TOO OLD TO LEARN.

 (Berita: TIM MEDIA, Foto: Diki, Reviewer: Syahdan)